Tempat-Tempat Makan Legendaris di Jalur Pantura

Oleh Monika Febriana & Yohanes Sandy

Walau kehadiran jalan tol lintas Jawa menggeser popularitas jalur pantai utara, tapi jalur yang membentang dari Jawa Barat ke Jawa Timur tersebut masih menjadi jalur alternatif bagi para pemudik. Dikenal dengan sebutan Jalur Pantura, jalanan yang membentang sekitar 1.300 kilometer itu membelah beberapa kota dan tentunya menyimpan titik-titik kuliner yang menarik—terutama yang sudah melegenda.

Berikut beberapa rekomendasi tempat makan legendaris di beberapa kota di Jalur Pantura berdasarkan penelusuran tim editorial TFL Paper:

CIREBON

Bubur Sop Ayam Mang Ipin
Bubur tapi disajikan dengan kuah sup ayam. Kurang lebih itulah menu utama yang ditawarkan di Bubur Sop Ayam Mang Ipin. Beroperasi sejak 1995, kedai ini menyuguhkan bubur yang dimasak menggunakan kaldu ayam kampung asli lengkap dengan suwiran ayam, kacang goreng, bihun, tauco, serta masih banyak lagi. Kedai Mang Ipin ini buka mulai pukul 17 hingga tengah malam. Jl. Tentara Pelajar No 56 Kota Cirebon. 

Empal Gentong Mang Darma
Jika berbicara tentang kuliner legendaris di Cirebon, maka Empal Gentong Mang Darma wajib ada dalam daftar tersebut. Popularitas penjual empal gentong ini sudah terdengar dari 1947 sejak ia masih berjualan keliling. Pada media 1980-an, akhirnya ia membuka tempat makan permanen di Jalan Pangeran Diponegoro No.23, Cirebon. Berkat diminati banyak orang, Mang Darma akhirnya membuka tiga cabang lain di Kota Udang itu. Empal Gentong Mang Darma menggunakan daging sapi segar yang dimasak dalam bumbu kaldu kuah. Bumbunya yang meresap ke dalam daging serta durasi masak yang lama membuat daging lumer di lidah. Selain empal gentong, tersedia juga menu lain seperti sate kambing, nasi lengko, tahu gejrot, dan lain sebagainya. Cabang utama: Jl. Pangeran Diponegoro No.23, Cirebon. Cabang lainnya: di dekat pintu masuk dan pintu keluar Tol Ciperna dan di wilayah Beber.

Nasi Jamblang Ibu Nur
Kedai nasi ini menawarkan konsep prasamanan di mana pengunjung dapat memilih sendiri menu lauk yang ingin mereka santap. Terdapat lebih dari 40 pilihan lauk pauk, seperti pepes, tumis oncom, perkedel, aneka sayuran, dan lain sebagainya. Penyajiannya yang autentik di atas selembar daun jati menghadirkan pengalaman kuliner yang menarik. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, pernah mencicipi langsung Nasi Jamblang Ibu Nur. Jl. Cangkring 2 No 34, Kejaksan, Cirebon.

BREBES

Sate Blengong Bu Kijah Brebes
Salah satu kuliner unik yang hanya bisa dinikmati di Brebes adalah sate blengong. Kuliner tradisional ini adalah sate yang terbuat dari daging unggas blengong, yang merupakan hasil persilangan antara bebek dan entok. Dagingnya tidak amis dan memiliki rasa yang mirip seperti daging bebek dan berserat. Sate Blengong Bu Kijah Brebes merupakan salah satu tempat makan legendaris yang menyediakan sate unik ini. Bahkan kepopuleran kedai yang berusia lebih dari 44 tahun ini telah mengundang rasa penasaran dari Mantan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo untuk berkunjung. Lokasi kedai ini pun cukup mudah di akses, yaitu berada di sekitar alun-alun Brebes. Jl. Gajah Mada, No.31. Limbangan Wetan, Brebes.

Rumah Makan Kedung Roso
Sudah beroperasi sejak zaman kekuasaan Presiden Soeharto, rumah makan ini dikenal sebagai tempat peristirahatan sopir dan penumpang bus antar provinsi. Selain lokasinya yang strategis, area parkir yang luas serta musala besar yang dimiliki adalah alasan tambahan tempat ini menjadi favorit para sopir dan penumpang untuk rehat usai perjalanan jauh. Rumah Makan Kedung Roso menyediakan beragam hidangan khas Jawa, tapi menu andalannya adalah sate kambing. Jl. Cendrawasih No.607, Sawah, Brebes. 

TEGAL

Warung Nasi Lengko Pi’an
Nasi Lengko adalah makanan khas daerah Tegal dan sekitarnya. Hidangan ini terdiri atas nasi putih dengan lauk racikan tahu goreng, mentimun, taoge, lalu disiram bumbu kacang dan kecap manis. Di Tegal, salah satu warung makan legendaris yang menyediakan menu ini ialah Warung Nasi Lengko Pi’an. Syahdan, warung ini sudah beroperasi hampir satu abad dan telah diwariskan dari generasi ke generasi. Selain nasi lengko, di tempat makan ini, pengunjung juga bisa mencicipi beragam hidangan khas Tegal lainnya, seperi sate kambing muda, gulai kambing, nasi campur, dan masih banyak lagi. Ruko Dwika, Jl. Kolonel Sudiarto, Tegal.

Warung Makan Sauto Sedap Malam Pak Da’an Jenggot
Jika pada umumnya soto hanya diguyur kuah kaldu saja, di Tegal soto disajikan dengan campuran tauco atau yang dikenal juga sebagai sauto. Salah satu tempat makan legendaris yang menyediakan sauto di Tegal ialah Warung Makan Sauto Sedap Malam Pak Da’an Jenggot. Tempat makan ini telah ada sejak 1970-an dan terus bertahan hingga saat ini. Sauto disini disajikan dengan opsi isian, seperti daging ayam, sapi, babat, kikil, dan lainnya, kemudian diguyur kaldu ayam atau sapi ditutup dengan siraman tauco kental racikan khas rumah makan ini. Jl. Raya Talang No.100, Tegal.

PEKALONGAN

Nasi Uwet Haji Zarkasi
Nasi Uwet Haji Zarkasi merupakan rumah makan legendaris yang hanya ada di Pekalongan. Warung kuliner legendaris ini berdiri sejak 1959 dan masih bertahan hingga kini. Nasi uwet sendiri adalah nasi putih yang disajikan dengan jeroan atau daging kambing. Nama uwet diambil dari penyajian jeroan dan daging yang diikat atau disebut juga ‘diuwet-uwet’. Sekilas, makanan ini penampilannya mirip seperti gule, tapi tidak menggunakan santan. Nasi Uwet Haji Zarkasi mengklaim, untuk mempertahankan kualitas rasa, mereka menghindari penggunaan bumbu instan atau racikan pabrik dan hanya bergantung pada bumbu segar. Jl. Sulawesi No.25, Kergon, Pekalongan.

Soto Tauto Legendaris Pak Tjarlam
Seperti di Tegal, di Pekalongan ada pedangang soto tauto juga. Yang paling lama beroperasi adalah Soto Tauto Legendaris Pak Tjarlam. Rumah makan ini telah berdiri sejak 1960-an dan menyediakan soto dengan bumbu tauco yang meresap hingga ke daging. Ada beberapa pilihan isian seperti daging ayam, sapi, hingga kerbau. Lokasi Soto Tauto Legendaris Pak Tjarlam pun cukup mudah dijangkau, yakni di Pasar Senggol Pekalongan. Jl. A Yani Timur, Pekalongan.

Pages: 1 2