Ireland’s Eye Kembali dengan Menghadirkan Pameran Seni Berkelanjutan
Seniman muda asal Irlandia digandeng untuk menampilkan karya terbaik.
Setelah hampir lima dekade sejak pertama kali dipentaskan, lakon legendaris Dag Dig Dug karya Putu Wijaya kembali hadir di atas panggung. Didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, pementasan kali ini berlangsung pada 25 dan 26 Januari 2025 dengan menggandeng sutradara sekaligus pendiri Teater Populer, Slamet Rahardjo Djarot.
Pada pementasan kali ini, dua pemain orisinalnya, yaitu Slamet Rahardjo dan Niniek L. Karim kembali bertemu untuk adu akting. Pertunjukkan juga turut diramaikan oleh kehadiran aktor Reza Rahadian, Donny Damara, Jose Rizal Manua, Kiki Narendra, dan Onkar Sadawira.
Slamet Rahardjo mengungkapkan bahwa pementasan ini memberinya perasaan seperti kembali ke rumah, yakni drama teater yang telah digelutinya selama puluhan tahun. Di usianya yang tak lagi muda, sutradara Kembang Kertas (1985) ini tetap mampu menghadirkan sebuah pertunjukan yang membangkitkan beragam emosi.
“Dag Dig Dug menampilkan berbagai situasi yang membuat penikmatnya merenung, tertawa getir, menghadapi semacam kekacauan yang terjadi dalam diri manusia dan sekitarnya. Lakon ini sangat relevan dengan situasi mutakhir,” ujar Slamet Rahardjo kepada awak media dalam media preview pada 24 Januari 2025.
Lakon Dag Dig Dug mengisahkan sepasang suami istri lanjut usia yang tidak dikaruniai anak dan memilih mengelola rumah indekos. Konflik bermula ketika salah satu penghuni indekos, seorang mahasiswa bernama Chaerul Umam, meninggal dunia. Kepergiannya membuat pasangan ini terpukul, tetapi di saat yang sama, mereka berpura-pura seolah mengenalnya dengan baik.
Ketegangan semakin memuncak ketika mereka menerima uang santunan, memicu perdebatan mengenai penggunaannya. Pertikaian kecil pun tak terelakkan, melibatkan orang-orang di sekitar mereka, termasuk Cokro, sang asisten rumah tangga yang selalu berada di pihak tertindas.
“Dag Dig Dug karya Putu Wijaya yang kami mainkan tetap masih bisa menjadi kontrol dan refleksi tentang kondisi masyarakat hingga saat ini,” tutur Niniek L. Karim.—Monika Febriana
Pertunjukan tarian-tarian balet legendaris oleh penari-penari balet internasional. 19 Jan
Konser keempat Cigarettes After Sex di Indonesia. 17 Jan