Museum MACAN Jakarta menyuguhkan tiga pameran lintas generasi dan geografi.

Jakarta kembali memiliki alasan untuk merayakan seni. Museum MACAN, institusi seni rupa kontemporer terdepan di Indonesia, resmi meluncurkan tiga pameran anyar yang berlangsung serempak mulai musim ini hingga 5 Oktober 2025. Jika tahun-tahun sebelumnya MACAN memperkenalkan satu tajuk utama dalam kalender tahunan mereka, kali ini pendekatannya lebih eklektik dan multidimensi.

Dalam debut pameran tunggalnya di Indonesia, seniman asal Jepang Kei Imazu mengajak kita menyusuri riwayat kota pelabuhan Sunda Kelapa dalam pameran Kei Imazu: The Sea is Barely Wrinkled. Dengan pendekatan visual yang kompleks dan teknik pencitraan digital yang khas, Imazu menyelami lapisan sejarah dan ekologi urban Jakarta, mulai dari tragedi tenggelamnya kapal Batavia pada 1629 hingga persoalan masa kini seperti penurunan tanah dan banjir.

Melalui karya-karyanya, laut bukan hanya menjadi latar geografis, melainkan saksi bisu perubahan peradaban. Instalasi Imazu menjadi ruang renung atas bagaimana waktu, ingatan, dan lingkungan saling bertaut dalam satu lanskap visual yang hening tetapi tajam.

Pameran koleksi-koleksi dalam format tematik dalam Pointing to the Synchronous Windows.

Untuk pertama kalinya, koleksi permanen Museum MACAN dihadirkan dalam format eksibisi tematik Pointing to the Synchronous Windows. Pameran ini dibagi ke dalam dua bagian yang saling berkaitan: Pointing to…, yang menyoroti tubuh sebagai instrumen perubahan, serta Synchronous Windows, yang mengeksplorasi ruang sebagai entitas yang lentur dan terus berkembang.

Keduanya menghadirkan karya-karya lintas generasi dan latar budaya, termasuk nama-nama besar seperti Ed Ruscha, Kazuo Shiraga, serta maestro Indonesia seperti Affandi dan Ay Tjoe Christine. Melalui dialog visual ini, pengunjung diajak memaknai ulang hubungan antara tubuh dan ruang, bukan hanya sebagai objek dan konteks, melainkan sebagai dua kutub yang saling mengubah dan memengaruhi.

Di sisi yang lebih santai, Museum MACAN kembali merancang ruang kreatif untuk audiens cilik. Kali ini giliran seniman Adi Sundoro yang merancang GORENGAN Bureau, sebuah instalasi interaktif yang terinspirasi dari dinamika kehidupan urban di Indonesia.

GORENGAN Bureau, tempat anak-anak berimajinasi.

Melalui metafora warung gorengan, anak-anak diajak menciptakan kota impian mereka: menyusun peta, mencetak identitas warga, hingga menuliskan aspirasi di atas bungkus gorengan. Proyek ini membuka ruang bagi eksplorasi ide-ide masa depan yang dibalut dalam bahasa visual khas anak-anak: imajinatif, jenaka, dan tanpa batas.

Ketiga pameran ini bukan hanya refleksi dari beragam pendekatan artistik, tapi juga menjadi perwujudan komitmen Museum MACAN dalam memperluas wacana seni di Indonesia, dari yang historis hingga eksperimental, dari global hingga lokal, dari dewasa hingga anak-anak.Monika Febriana 

Calendar of Events

Friends of Prego

Kolaborasi menarik dua master kuliner Italia di Bali. 30 Mei & 6 Jun 2025

Bar Takover Origin Bar Singapura & Nikka Whisky

Grand Hyatt Bali kembali bawa mixologist asal luar negeri. 19 Mei 2025

Seminyak Puppy Yoga

Sebuah sesi olahraga yang menyenangkan dan menenangkan. Mei-Jun 2025

See More