Tempat Sarapan Paling Ramai di Pusat Kota Kuala Lumpur
Salah satu tempat sarapan kopitiam favorit turis.
Foto utama: Interior Costa Jakarta. Jason Wang
Spanyol dan Indonesia, meski secara geografis terpaut jauh, berbagi kesamaan di meja makan: keduanya dikenal dengan bumbu yang berani. Sebuah benang merah sejarah yang mungkin terjalin sejak masa kolonial, ketika bangsa Spanyol singgah di Nusantara untuk berburu rempah. Semangat itu kini menemukan gaung baru lewat Costa, sebuah restoran yang baru saja membuka pintunya di Jakarta Selatan.
Costa membawa napas Mediterania, khususnya pesisir Catalonia, ke ibu kota. Namun di sini, menu bukan sekadar daftar hidangan. Ia bergerak, berubah, mengikuti ritme bahan yang tersedia. Tak perlu menunggu musim berganti—menu Costa bisa berubah setiap minggu, bahkan setiap dua hari.
Di balik dapurnya ada sosok Ryan Theja, yang menegaskan bahwa Costa bukanlah fine dining kaku, melainkan ruang kuliner yang cair dan fleksibel. “Apapun yang kami punya, itulah yang kami gunakan. Kalau bahan habis, menunya pun ganti,” ujarnya saat temu media pada 23 September 2025.
Fleksibilitas bukan berarti kompromi. Costa hanya bekerja dengan bahan terbaik: sayuran segar dari Bandung, hasil laut Bali, hingga bahan premium dari Jepang dan Alaska. Filosofi mar i muntanya—laut dan pegunungan—menjadi benang pengikat, menghadirkan harmoni antara hidangan laut dan daging. Semua diolah dengan pendekatan low intervention cooking, sederhana tapi memberi ruang bagi kualitas bahan untuk bersinar.
Atmosfer restoran turut memperkaya pengalaman bersantap. Hampir seluruh interiornya dipulas putih dengan sentuhan Mediterania. Di tengah ruangan, sebuah taman mungil dikelilingi kaca membawa cahaya alami sekaligus berfungsi sebagai area ramah perokok. Ruang makannya pun beragam: sofa empuk untuk keluarga, meja panjang di bar untuk berbagi cerita, kursi yang menghadap langsung ke dapur terbuka untuk menikmati aksi para koki, serta dua ruang privat di lantai dua untuk momen yang lebih eksklusif.
Dalam sesi temu media, beberapa hidangan disajikan sebagai gambaran perjalanan rasa Costa. Tiga canape pembuka hadir terlebih dahulu: Crudo Tartlette, tartlet tipis berisi salmon dan acar rumput laut; Papuan Mud Crab, kepiting lumpur Papua dengan carrot rice frito dan pisang pedas; serta Steak Tartare, hash brown renyah dengan tuna habanero.
Arroz Gambas dan Farce Chicken. Monika Febriana/TFL Paper
Lalu menyusul Woodfired Bread dengan anchovy butter yang kaya rasa, serta Calamares Al Ajillo—cumi lembut dalam baluran saus tinta dan cabai Kashmir. Sorotan berikutnya jatuh pada Arroz Gambas, nasi khas Spanyol dengan sofrito pekat, disajikan bersama udang segar. Pramusaji bahkan membantu menekan kepala udang untuk mengeluarkan sari yang memperkaya cita rasa.
Hidangan utama menampilkan Farce Chicken, dada ayam dengan jamur moril dan saus hati ayam gurih yang dimasak hingga teksturnya lembut, serta Alaskan Halibut, ikan halibut dengan saus oyster aioli yang halus.
Santap siang berakhir manis dengan dua hidangan penutup. Fromatge Ice Cream, es krim keju yang lembut dengan paduan manis-gurih, dan Abinao Chocolate, mousse cokelat pekat dengan minyak zaitun dan serpihan garam—perpaduan manis, pahit, dan asin yang bermain di lidah.
Dengan semangat fleksibilitas, perhatian pada kualitas, dan atmosfer yang ramah, Costa menghadirkan bukan sekadar santapan, melainkan sebuah perjalanan kuliner. Sebuah ruang di mana tradisi Mediterania bertemu semangat kosmopolitan Jakarta.—Monika Febriana
Salah satu bursa seni terbesar di Indonesia yang tak boleh dilewatkan. 3-5 Okt 2025
Kolaborasi kuliner terkenal di tepi Pantai Canggu. 14 Ags-30 Sep 2025