Juaranya memiliki 194 restoran dengan luas kota tak sampai sepertiga luas Jakarta Selatan.

Foto utama: Interior restoran Signature di Mandarin Oriental Tokyo.

Jika Anda kebetulan ke Tokyo dan berkunjung sebuah restoran kecil di kawasan Shinjuku, pernahkah Anda membayangkan bahwa kota sekecil ini memiliki prestasi yang luar biasa dalam urusan kuliner papan atas. Tokyo, kota yang luasnya tak sampai sepertiga luas kota Jakarta Selatan, merupakan rumah bagi 194 restoran berbintang Michelin—di mana 39 di antaranya ramah di kantong. Sebuah statistik yang membuatnya menyandang predikat sebagai kota di dunia dengan restoran berbintang Michelin terbanyak hingga saat ini. 

“Obsesi orang-orang Jepang terhadap kepiawaian dan hal-hal musiman menciptakan sebuah lingkungan yang unik bagi kuliner yang unggul,” tulis Dr. Hiroshi Kimura, seorang ahli antropologi kebudayaan dari Universitas Kyoto, di mana studinya berjudul Gastronomy and Identity in Modern Japan pada 2022 menyoroti masalah sosiokultural yang berkaitan dengan kebiasaan makan. “Apa yang Anda makan di sebuah restoran omakase di Tokyo bukan hanya perkara makanan, tetapi juga sebuah pertunjukan, meditasi, dan ajang unjuk diri,” sambungnya.

Tempura Kakiage Yukimura, salah satu restoran berbintang Michelin hemat bujet di Tokyo.

Prestasi Tokyo sebagai kota dengan restoran berbintang Michelin terbanyak sejagat bukan sebuah kebetulan belaka. Melainkan hasil dari sebuah budaya yang mengagung-agungkan presisi, kemurnian, dan kepiawaian yang telah mengakar selama berabad-abad.

Shokunin atau sebuah konsep menjadi ahli melalui proses disiplin yang ketat, perlahan-lahan membentuk lanskap kuliner kota tersebut. Melalui shokunin, para koki mengasah keterampilan selama puluhan tahun sekaligus belajar memilih bahan-bahan terbaik dengan cara yang luar biasa. Hal ini semata-mata didorong oleh keinginan mereka untuk menjadi yang terbaik di kelasnya. “Penekanan pada kesempurnaan dalam praktik sehari-hari, mulai dari teknik memotong hingga penyajian, tertanam dalam DNA budaya Jepang,” tulis Dr. Hiroshi Kimura dalam studinya.

Tingginya jumlah restoran berkualitas di Tokyo juga didorong oleh iklim majemuk industri restoran beserta persaingannya. Di Ibu Kota Jepang ini, Anda bisa menemukan kuliner apapun, mulai dari kaiseki hingga restoran Prancis modern. Mulai dari kedai kaki lima hingga restoran yang didesain oleh desainer yang namanya susah dilafalkan.

Hal tersebut memperlihatkan, penduduknya sangat terbuka akan jenis-jenis kuliner yang ditawarkan, yang berujung pada motivasi yang memecut para koki dan pengusaha restoran untuk menghadirkan tempat makan terbaik. Belum lagi turis-turis yang datang ke Tokyo menjadi pasar gemuk. Tak heran, sejak Michelin meluncurkan Michelin Guide edisi Tokyo pada 2007, kota ini secara konsisten memimpin dalam hal jumlah restoran.

Kreasi spageti di Le Cinq by Christian Le Squer, restoran berbintang tiga Michelin di Paris.

Paris menyusul di belakang Tokyo dengan jumlah restoran berbintang Michelin mencapai 136 buah. Kota tempat lahirnya Michelin Guide pada 1900 yang juga dikenal sebagai kota lahirnya kuliner adiluhur itu, hingga kini rutin memesona para pencinta kuliner dengan kombinasi nikmat pakem-pakem tradisi dan inovasi. Konsep tersebut yang memecut para koki di kota itu untuk senantiasa berinovasi dan melahirkan restoran-restoran berkualitas mumpuni.

Di posisi ketiga, hadir Kyoto—kota yang berjarak sekitar 400 kilometer dari Tokyo. Meskipun terkesan lebih kalem, Kyoto memiliki 100 restoran berbintang Michelin dan dikenal sebagai yang tertinggi per kapita. Di sini, para koki seperti Yoshihiro Murata dari restoran berbintang tiga Michelin, Kikunoi, berhasil mengubah pengalaman makan kaiseki menjadi sebuah pertunjukan puitis. Cerita tersebut dituangkan dalam bukunya berjudul Kaiseki: The Exquisite Cuisine of Kyoto’s Kikunoi Restaurant yang diterbitkan pada 2006. Hingga kini, buku tersebut menjadi panduan bagi banyak koki hebat dari berbagai belahan dunia.

New York City, kota yang menjadi tempat debut bagi Michelin Guide di Negeri Paman Sam, menawarkan 73 restoran berbintang Michelin tahun ini. Selayaknya masyarakatnya yang sangat majemuk, lanksap kuliner di kota Big Apple ini beragam, berapi-api, dan kerap mendobrak batas. Eksistensi restoran-restoran papan atas ini juga didukung penuh oleh jumlah penduduknya yang mencapai delapan juta jiwa dan jumlah turis yang menembus angka 65 juta pada 2024. Artinya, selain apresiasi dari warga lokal, tempat-tempat makan itu juga hidup dari rasa lapar para turis.

Para koki di Kikunoi, salah satu restoran pertama di Kyoto yang dianugerahi bintang tiga Michelin.

Jika Anda beranggapan bahwa kemewahan menjadi faktor utama untuk masuk Michelin Guide, maka Anda salah. Dalam sebuah studi yang dilakukan pada 2021 dan diterbitkan dalam The Journal of Gastronomic Sciences, para peneliti menemukan korelasi signifikan antara jumlah kota yang memiliki restoran Michelin dengan sekolah kuliner yang bagus, pertanian dengan hasil panen berkualitas siap ekspor, dan dukungan kebijakan untuk inovasi pangan di dalam kota tersebut. Dengan kata lain, restoran-restoran berbintang ini merupakan produk infrastuktur sipil jempolan sekaligus kegeniusan sang koki—jadi bukan semata-mata jor-joran kemewahan.

Di era ketika wisata kuliner tengah naik daun—UNWTO memperkirakan pertumbuhan tahunan sebesar 17% untuk wisata kuliner—banyak kota mulai serius menggarap potensi wisata kulinernya. Di Indonesia, walaupun hilal Michelin Guide masih belum terlihat, para pengusaha kuliner sudah semakin sadar bahwa membuat restoran bukan sekadar lomba desain restoran yang ramah Instagram, melainkan menyediakan menu yang membuat tamu balik lagi dan lagi. Karena sejatinya, restoran adalah tempat makan, buat sarang untuk mendulang like di sosial media.Yohanes Sandy

Calendar of Events

Disney on Ice – Find Your Hero

Pertunjukan Disney on Ice hadir kembali di Jakarta. 2-11 Mei 2025

The Magical Music of Harry Potter

Konser spesial di Jakarta membawakan musik-musik magis dari film-film Harry Potter. 18 Jul 2025

Coinfest Asia 2025

Festival crypto dan Web3 terbesar di dunia kembali digelar di Tabanan, Bali. 21-22 Agu 2025

See More