Radio Malabar adalah radio pertama di dunia dengan sistem nirkabel.

Foto utama: Budi Anwar/Unsplash

Pada 2024, dunia dikejutkan oleh kabar berpulangnya Wieteke van Dort, penyanyi dan komedian asal Belanda yang dikenal lewat lagu jenaka Geef Mij Maar Nasi Goreng. Sosoknya begitu lekat dengan Indonesia, negara yang menjadi inspirasi banyak karyanya, termasuk Hallo Bandoeng. Lagu yang pertama kali dipopulerkan oleh Willy Derby ini bercerita tentang seorang ibu di Belanda yang berbicara dengan anaknya di Bandung melalui sambungan radio telepon—sebuah kisah yang sarat rindu, namun juga simbol kemajuan zaman.

Di balik tembang melankolis itu, tersimpan bab penting dalam sejarah komunikasi global: kisah Radio Malabar, stasiun radio legendaris yang pernah berdiri megah di kawasan Gunung Puntang, Bandung Selatan. Di sinilah, pada awal abad ke-20, teknologi menembus batas ruang dan jarak, menghubungkan Hindia Belanda dengan Eropa melalui udara.

radio malabar
Radio Malabar. Leiden University Library

Stasiun Radio Malabar dibangun pada 1917 atas prakarsa ahli radio Belanda, Cornelis de Groot, untuk menjawab kebutuhan komunikasi antara Belanda dan koloninya. Fasilitas ini disebut-sebut sebagai salah satu yang paling canggih di dunia pada zamannya.

Dilansir dari Radio Republik Indonesia, sistem pemancar nirkabel yang digunakan merupakan yang pertama dan satu-satunya di dunia kala itu. Kabel antenanya terbentang sejauh dua kilometer dari Gunung Puntang hingga Gunung Halimun, dengan rata-rata ketinggian mencapai 350 meter—lebih tinggi dari Menara Eiffel. Beberapa pembangkit listrik dibangun untuk menghidupkan transmiter berdaya 2.400 kW, memungkinkan sinyal menembus jarak hingga 12.000 kilometer.

radio malabar
“Radio Dorf”, perumahan staf radio. Leiden University Library

Pada 1923, meski sempat diterpa badai tropis yang merusak sebagian peralatan, Stasiun Radio Malabar akhirnya diresmikan. Sebuah telegram pertama dikirim dari Bandung menuju Belanda—tanda sejarah dimulainya komunikasi antarbenua yang melintasi samudra tanpa kabel.

Tak jauh dari bangunan utama, berdiri Kampung Radio atau Radio Dorf, permukiman bagi para pegawai dan teknisi. Kompleks ini dilengkapi lapangan tenis, bioskop, dan ruang sosial, menjadikannya salah satu kawasan paling modern di Hindia Belanda. Namun kejayaannya tak bertahan lama.

Ketika peristiwa Bandung Lautan Api mengguncang kota pada 1946, kompleks Radio Malabar ikut luluh lantak, menyisakan reruntuhan yang kini menjadi saksi bisu peradaban teknologi masa lalu.

radio malabar
Sisa-sisa Radio Malabar. Bagus Prabangkara/Pexels

Meski hanya tinggal puing, jejak Radio Malabar masih dapat dijumpai di kawasan wisata Gunung Puntang, yang kini dikelola oleh NagaRa Puntang bekerja sama dengan Perhutani. Tempat ini menjadi salah satu destinasi favorit wisata sejarah dan alam di Bandung Selatan.

Bangunan yang tersisa sekarang menjadi latar populer untuk berfoto, dengan kolam tua di pelataran yang dijuluki “Kolam Cinta.” Tak jauh dari sana, sebuah kedai kopi bernama BERG berdiri dengan area duduk berundak menyerupai amfiteater, menghadap langsung ke arah reruntuhan stasiun dan kolam. Sementara di bekas kawasan Kampung Radio, papan-papan informasi dipasang di dekat puing rumah, menceritakan kisah penghuni masa silam yang pernah hidup di sana.

radio malabar
Salah satu reruntuhan bangunan di Kampung Radio. PutriAM/Wikimedia

Selain warisan sejarahnya, Gunung Puntang juga menjadi rumah bagi spesies owa Jawa yang dilindungi, dengan populasi sekitar 40 ekor menurut data Fokus Satu. Lanskap hijaunya yang subur menjadikan kawasan ini tempat ideal untuk trekking, berkemah, atau sekadar menikmati udara segar pegunungan.

Kini, Radio Malabar bukan sekadar kisah masa lalu, melainkan monumen sunyi tentang bagaimana Bandung pernah menjadi pusat inovasi dunia. Di tengah rimbunnya pepohonan dan nyanyian burung di Gunung Puntang, masih terasa gema masa ketika teknologi dan alam berpadu menciptakan keajaiban. Sebuah bab dalam sejarah Indonesia yang mengingatkan bahwa kemajuan selalu bisa lahir dari tempat yang paling tak terduga.Rachman Karim

Calendar of Events

Mariah Carey “The Celebration of Mimi”

Sebuah tribut bagi sang diva dan perjalanan kariernya. 4 Okt 2025

Art Jakarta 2025

Salah satu bursa seni terbesar di Indonesia yang tak boleh dilewatkan. 3-5 Okt 2025

W Presents: TMPLE

Acara musik global di W Bali – Seminyak bersama duo DJ asal London. 30 Agu 2025

See More