Berwisata ala Drakula di Transilvania, Rumania

Foto utama: Shubham Singh/Unsplash

Sulit memisahkan nama Transilvania dari bayangan seorang bangsawan berjubah hitam yang keluar dari kabut: Count Dracula. Sejak Bram Stoker menerbitkan novelnya pada 1897, citra kastel megah di puncak bukit, hutan berlumur misteri, dan kisah vampir abadi seolah menempel di setiap sudut wilayah ini. Namun di balik fiksi itu, berdiri sosok nyata, Vlad the Impaler, pangeran Rumania abad ke-15 yang kejam sekaligus karismatik. Ia menjadi inspirasi bagi legenda yang bertahan melintasi abad dan benua.

Menariknya, kisah Drakula tidak membeku di masa lalu. Ia terus bereinkarnasi dalam budaya populer, dari layar lebar hingga animasi Hotel Transylvania, yang mengubah sang vampir menjadi tokoh yang lebih ramah dan memesona. Bagi para pengelana, Transilvania bukan sekadar latar dongeng gotik, melainkan wilayah yang hidup dengan sejarah, lanskap pegunungan, dan warisan arsitektur abad pertengahan yang memikat.

Menuju Jantung Rumania

Transilvania terbentang di bagian tengah dan barat Rumania, di antara Pegunungan Carpathian yang agung. Belum ada penerbangan langsung dari Indonesia menuju negeri ini, tetapi wisatawan dapat terbang ke Bukares dengan transit di Istanbul, Doha, atau Frankfurt. Dari ibu kota, perjalanan ke Brașov, kota menawan di kaki gunung, memakan waktu sekitar empat jam melalui jalan berliku yang membelah lembah pinus dan desa-desa tua.

Bagi wisatawan Indonesia, visa turis masih diperlukan. Namun pemegang visa Schengen yang masih berlaku dapat memasuki Rumania tanpa visa selama 90 hari dalam periode 180 hari.

Kastel, Kota, dan Kisah yang Hidup

Kunjungan ke Transilvania belum lengkap tanpa singgah di Kastel Bran, benteng batu bergaya gotik yang sering disebut sebagai rumah Drakula. Dari menaranya, hamparan lembah terlihat seperti lanskap dari mimpi malam kelam: sunyi, megah, dan abadi. Tak jauh dari sana berdiri Benteng Râșnov, peninggalan abad pertengahan yang memayungi panorama Pegunungan Carpathian.

Perjalanan dapat dilanjutkan ke Sighișoara, kota tua yang masuk daftar Warisan Dunia UNESCO. Jalan-jalan berbatu, menara jam kuno, dan fasad pastel berarsitektur Saxon menghadirkan suasana yang membawa kita kembali ke abad ke-15. Di sini, Casa Georgius Krauss, bekas rumah bangsawan, diubah menjadi hotel butik yang menawan, tempat sejarah bernafas di antara linen halus dan kayu tua.

Di Brașov, Gereja Hitam (Black Church) berdiri megah sejak abad ke-14. Bangunannya menjadi saksi kebakaran besar pada 1689, tetapi ia tetap mengoleksi 4.000 permadani Ottoman dan mural Barok yang memesona. Bagi pencinta alam, Liberty Bear Sanctuary di hutan Zărnești menawarkan pelarian yang bersentuhan dengan alam. Suaka ini menampung lebih dari 70 ekor beruang cokelat yang hidup bebas di habitat alami mereka.

Rasa dari Timur Eropa

Dapur Transilvania adalah pertemuan lintas budaya: Romawi, Hungaria, Jerman (Saxon), dan Turki. Sup fasole cu costiță afumată yang hangat, sarmale dengan aroma kubis dan daging asap, serta varză a la Cluj yang gurih menjadi wujud dari sejarah panjang yang berpadu di meja makan. Sebagai penutup, papanasi—donat lembut berlumur krim asam dan selai blueberry—mengakhiri perjalanan dengan manis.

Antara Mitos dan Realitas

Transilvania mungkin tak semegah Paris atau sepopuler Praha, tetapi pesonanya menghipnotis dengan cara yang berbeda: lewat keheningan, kabut, dan jejak masa lalu yang tak lekang. Menurut CIEC Data 2024, lebih dari 27 ribu wisatawan Indonesia telah menjejakkan kaki di Rumania. Angka itu masih kecil, tetapi terus bertumbuh. Sejumlah agen kini bahkan menawarkan tur tematik “Dracula Trail” yang menelusuri rute legenda dari Bukares hingga kastel di pegunungan.

Bagi sebagian orang, Transilvania adalah kisah gelap yang hidup kembali. Bagi lainnya, ia adalah negeri yang menolak lupa, tempat di mana sejarah, mitos, dan keindahan berpadu dalam cahaya bulan yang abadi.—Monika Febriana