Menjajal wisata kuliner hingga arung jeram di salah satu kabupaten di Yogyakarta.

Teks dan foto oleh Monika Febriana

Wisata di Yogyakarta tak melulu harus dihabiskan di pusat kota. Kawasan Malioboro atau keraton memang menarik, tapi deretan kabupaten yang mengelilingi pusat kota Yogyakarta juga tak kalah atraktif untuk dijelajahi. Kulon Progo adalah salah satunya.

Nama Kulon Progo mencuat sejak 2018 setelah proyek bandara baru Yogyakarta dimulai di kabupaten ini. Pada 2020, Bandara Internasional Yogyakarta diresmikan oleh Presiden Joko Widodo dan menempatkan Kulon Progo dalam peta wisata Daerah Istimewa Yogyakarta.

Fasad Modern MORAZEN Yogyakarta. MORAZEN Hotels

Saya datang ke Kulon Progo atas undangan MORAZEN Yogyakarta, hotel anyar yang terletak lima menit berkendara dari bandara baru Yogyakarta. Lokasinya yang berjarak dari pusat kota Yogyakarta jelas bukan opsi menarik untuk liburan menjelajah kota. Namun, hotel bintang empat ini merupakan titik ideal untuk mengeksplorasi Kabupaten Kulon Progo yang ternyata menyimpan banyak destinasi wisata memesona.

Dibuka pada 2022, MORAZEN Yogyakarta sempat menyandang nama lain. Setelah dua tahun beroperasi, pada April silam, ia berganti identitas. Sejumlah awak media dari Jakarta diundang untuk melihat transformasinya pada akhir Juni 2024.

Hotel yang berusia seumur jagung tersebut mengusung desain ekletik yang menggabungkan konsep modern dan sentuhan tradisional. Di area lobi, bersarang Hermier Coffee Inc., gerai kopi yang menawarkan beragam minuman dan makanan ringan. Di sini juga bersemayam Palatier, restoran yang menyajikan hidangan lokal dan internasional, dan sebuah toko suvenir bagi mereka yang tak sempat membeli buah tangan.

Kamar tipe Superior di MORAZEN Yogyakarta.

Hotel dengan pemandangan lanskap hijau yang cantik ini menaungi 197 kamar yang dipecah dalam empat kategori. Saya menginap di kamar tipe Superior—tipe terendah—yang memiliki luas 25 meter persegi dengan vista Pegunungan Manoreh yang gagah di kejauhan. Desain kamarnya modern dengan mural batik bermotif burung kuntul, burung yang jamak ditemui di persawahan Kulon Progo. Amenitas yang disematkan di dalam kamar cukup mumpuni termasuk di antaranya Smart TV.

Sebagai penginapan yang mengakomodasi tamu pelesir dan bisnis, hotel bintang empat ini dilengkapi dengan fasilitas yang mumpuni, sebut saja ballroom berkapasitas hingga 1.000 orang, kolam renang luas, dan Annathaya Spa dengan ruangan-ruangan menatap Pegunungan Manoreh yang magis. Satu lantai dengan spa, berdiri Laviere Bar and Lounge, sebuah wadah kongko yang menyajikan hiburan live music.

Kolam renang cantik di MORAZEN Yogyakarta. MORAZEN Hotels
Ruang spa di MORAZEN Yogyakarta yang menyajikan panorama Pegunungan Manoreh. MORAZEN Hotels
Ballroom di MORAZEN Yogyakarta yang dapat menampung hingga 1.000 tamu. MORAZEN Hotels

“Hal yang membedakan MORAZEN Yogyakarta dengan Surabaya ialah jika properti yang di Surabaya lebih mengutamakan konsep city hotel. Di sini kita mengutamakan konsep hotel yang mengedepankan ketenangan,” tutur Litania Utami, Cluster Marketing Communications & Public Relations Manager untuk MORAZEN Hotel Surabaya dan Yogyakarta.

Perjalanan saya menjajal wisata di Kabupaten Kulon Progo dimulai di hari kedua. Sebelum saya berangkat tur, saya menyempatkan mengobrol dengan Hengky Tambayong selaku General Manager dari MORAZEN Yogyakarta di Hermier Coffee Inc. sembari menunggu pesanan kopi klepon saya disajikan.

“Jogja itu sejatinya bukan kota pariwisata, tetapi kota budaya. Nah, dari banyaknya kebudayaan itu lah, yang kemudian membuat pariwisata mengikutinya,” tutur Hengky. Pernyataan pria tersebut nampaknya sedikit memberikan gambaran tentang destinasi-destinasi wisata yang akan saya sambangi hari itu.

Destinasi pertama yang saya kunjungi adalah Kali Papah. Sungai berkelok dengan arus yang lumayan deras ini memang menggoda untuk diarungi menggunakan perahu karet. Tak heran, seperti di Ubud, Bali, operator yang melayani wisata arung jeram di sini pun menjamur. Pagi ini, ketika matahari belum galak-galaknya, saya diajak menyusuri sungai dengan rute sepanjang 3,5 kilometer. Saya memilih trek level satu di mana arus yang dilaluinya tak terlalu deras.

Aktivitas arung jeram di Sungai Papah.

Selepas arung jeram, destinasi selanjutnya adalah Desa Wisata Widosari. Di sini, turis dapat berkesempatan untuk melihat langsung proses pembuatan teh tradisional mulai dari tahap pemerikan hingga siap minum. Saya juga sempat mengintip proses menyangrai teh secara tradisional di salah satu rumah penduduk. “Ini disangrai selama tujuh jam hingga daun tehnya meletek (kering),” ujar Mbah Pur dalam bahasa Jawa. Wanita paruh baya ini sedang menyangrai teh menggunakan kompor berbahan bakar kayu saat ditemui rombongan dari MORAZEN Yogyakarta. Bau daun teh yang khas menguar dari dapurnya.

Selain berinteraksi dengan penduduk lokal dan belajar tentang pembuatan teh tradisional, di Desa Wisata Widosari pengunjung juga dapat menuju puncak. Dengan mendaki 216 anak tangga hingga ke pucuk bukit, turis akan diganjar panorama lanskap hijau Kabupaten Kulon Progo yang asri lengkap dengan latar belakang pegunungan purba Manoreh.

Panorama hijau di puncak Bukit Widosari.

Perjalanan saya di kabupaten kelahiran pahlawan nasional Nyi Ageng Serang ini ditutup dengan menonton langsung konser bertajuk Parama Swara besutan Yogyakarta Royal Orkestra berkolaborasi dengan grup musisi asal Kulon Progo, Srawung Krumpyung. Menurut Dinas Pariwisata Kulon Progo, Joko Mursito S.Sn., M.A. yang turut menemani rombongan jurnalis, konser ini merupakan kali ketiga Yogyakarta Royal Orkestra menggelar pertunjukan di luar keraton. Menariknya, untuk menonton konser ini, pengunjung tidak dipungut uang, melainkan harus melakukan reservasi dan menukarkan botol plastik bekas. Hal ini sebagai bentuk kampanye pemerintah daerah untuk menggalakkan kepedulian lingkungan pada warganya.

Dalam perjalanan kembali ke hotel, saya teringat obrolan saya dengan General Manager MORAZEN Yogyakarta di awal hari tadi. Mungkin benar bahwa pariwisata di Yogyakarta diciptakan dari budaya, tapi di Kulon Progo, saya tak hanya menikmati wisata budaya, tetapi juga wisata alam dan wisata kuliner yang atraktif.

Akomodasi
MORAZEN Yogyakarta (Jl. Nasional III Yogyakarta – Purworejo KM 41,5, Temon, Kulon Progo; tarif kamar mulai dari Rp650.000 per malam; morazen-yogyakarta.com) adalah salah satu hotel bertaraf internasional di Kabupaten Kulon Progo. Lokasinya yang dekat dengan bandara membuatnya memiliki akses yang mudah. Hotel ini juga menyediakan paket tur bagi tamu untuk menjelajahi Kabupaten Kulon Progo.

Calendar of Events

IdeaFest 2024

Sebuah ajang jejaring insan industri kreatif di negeri ini. 27-29 Sep

Trees and Seas Film Festival Bali

Sebuah festival film untuk mengkampanyekan gerakan anti polusi plastik. 6 Okt

Marriott International Road to Give

Acara lari dan memberi di Jakarta. Raih kesempatan memenangkan hadiah senilai puluhan juta. 6 Okt

See More