Barcelona Akan Stop Operasional Penginapan Airbnb
Kelak, turis hanya akan bisa menginap di hotel-hotel resmi.
Bayangkan lepas landas dari Sydney atau Melbourne dan mendarat langsung di London atau New York—tanpa transit, tanpa jeda. Bagi para pelancong antarbenua, ini bukan lagi sekadar impian. Maskapai nasional Australia, Qantas, tengah menyiapkan terobosan besar lewat Project Sunrise, yang akan memangkas perjalanan panjang dari hampir 30 jam menjadi 22 jam nonstop.
Diumumkan pertama kali pada 2017 dan sempat tertunda oleh pandemi, proyek ambisius ini kini mulai menampakkan wujudnya. Tahun lalu, Qantas memperkenalkan desain kabin futuristik untuk penerbangan ultra long-haul ini. Desain tersebut merupakan hasil kolaborasi dengan pakar tidur, nutrisi, dan kesehatan dari University of Sydney’s Charles Perkins Centre. Fokusnya sederhana tapi revolusioner: mengurangi jet lag dan membuat pengalaman terbang jarak jauh terasa lebih manusiawi.

Armada yang akan digunakan adalah Airbus A350-1000ULR, pesawat dengan tangki bahan bakar khusus berkapasitas 20.000 liter yang memungkinkan penerbangan tanpa henti lintas samudra. Interiornya dirancang seperti kapsul kenyamanan di udara, lengkap dengan area peregangan tubuh dan pencahayaan yang disesuaikan dengan ritme sirkadian tubuh manusia.
Baca juga: Kabin Istimewa untuk Penerbangan Terpanjang di Dunia
Dalam siaran pers yang diterima TFL Paper, Qantas menyebut Project Sunrise sebagai “definisi baru perjalanan global,” membuka kemungkinan bagi penerbangan nonstop pertama dari Australia ke Eropa dan Amerika Serikat pada awal 2027.
Nama “Project Sunrise” sendiri bukan tanpa makna: selama perjalanan, penumpang akan menyaksikan dua kali matahari terbit—sebuah metafora puitis untuk babak baru dalam sejarah penerbangan sipil.—Yohanes Sandy