10 Kamera Perjalanan Terbaik untuk Para Pengelana Visual
Teman pilihan untuk mengabadikan momen liburan.
Bhutan, kerajaan kecil di Himalaya yang lebih memprioritaskan Gross National Happiness dibanding Produk Domestik Bruto, selama bertahun-tahun telah menjadi destinasi impian para pelancong pencari makna. Namun, di balik citra mistis dan eksklusifnya, beredar sejumlah mitos yang keliru dan sering kali membuat turis ragu untuk benar-benar menjejakkan kaki ke negeri berselimut awan ini.
Berikut kami uraikan beberapa mitos populer tentang pariwisata Bhutan, beserta faktanya yang bisa membuka kembali rencana perjalanan Anda ke salah satu destinasi paling berkelanjutan di Asia.
1. Bhutan Hanya untuk Orang Kaya
Mitos ini barangkali paling sering terdengar. Sejak lama, Bhutan menetapkan kebijakan “High Value, Low Volume” dalam pariwisatanya. Salah satu implikasinya adalah kewajiban membayar Sustainable Development Fee (SDF) sebesar USD100 per orang per malam bagi wisatawan asing. Meski sekilas terdengar mahal, biaya ini bukanlah pungutan liar, melainkan kontribusi nyata untuk mendanai pendidikan, kesehatan, hingga pelestarian budaya lokal.
Yang perlu dicatat, SDF ini sudah termasuk dalam harga paket perjalanan yang ditawarkan oleh operator tur resmi. Artinya, Anda tidak perlu repot menghitung biaya tambahan. Berdasarkan laporan World Travel & Tourism Council (2022), pendekatan Bhutan justru menjadi contoh ideal bagaimana sektor pariwisata bisa menghasilkan dampak ekonomi sekaligus menjaga lingkungan tetap lestari.
Baca juga: Travel 101: Bhutan
2. Visa Bhutan Itu Sulit Didapat
Satu lagi kesalahpahaman: visa Bhutan dianggap rumit. Faktanya, proses pengajuan visa sangat efisien, terutama jika Anda memesan paket perjalanan melalui operator tur yang terdaftar. Setelah rencana perjalanan dikonfirmasi dan SDF dibayar, visa biasanya keluar dalam waktu lima hari kerja.
Operator resmi seperti Travellino Tour (partner TFL Paper Trip ke Bhutan) juga menyediakan layanan end-to-end, dari pengurusan dokumen hingga pendampingan selama perjalanan. Dengan pendekatan seperti ini, Anda tinggal duduk manis dan menikmati keindahan Bhutan tanpa harus repot soal administrasi.
3. Bhutan Susah Dijangkau
Bhutan bukanlah negeri terisolasi yang hanya bisa dijangkau oleh petualang bermodal stamina tinggi. Faktanya, negeri ini cukup mudah diakses dengan penerbangan ke Bandara Internasional Paro, satu-satunya bandara komersial di Bhutan. Dari Asia Tenggara, maskapai nasional Druk Air dan Bhutan Airlines melayani rute langsung dari Bangkok dan Singapura.
Baca juga: Kenapa Anda Harus ke Bhutan (Setidaknya Sekali Seumur Hidup)?
Bagi turis yang memilih jalur darat, Bhutan bisa dimasuki dari India melalui gerbang Phuentsholing. Di dalam negeri, berkat dukungan dari Asian Development Bank dan Japan International Cooperation Agency (JICA), infrastruktur jalan terus diperbaiki dengan aspal mulus yang menghubungkan kota-kota utama seperti Thimphu, Punakha, dan Paro. Tak ada alasan lagi untuk menyebut Bhutan sebagai destinasi yang “sulit dijangkau.”
4. Bhutan Hanya Cocok untuk Meditasi dan Wisata Rohani
Meski terkenal sebagai pusat spiritualitas Buddha, Bhutan menyimpan lebih dari sekadar zikir dan mantra. Trekking adalah salah satu kegiatan populer yang membawa Anda menyusuri lanskap pegunungan yang dramatis, termasuk Jalur Druk, salah satu multi-day trek terbaik di Asia.
Bagi pencinta budaya, tsechu (festival tahunan yang menampilkan tari topeng dan ritual keagamaan) sudah tercatat dalam daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Kuliner Bhutan juga mulai mencuri perhatian dunia, dengan masakan berbahan dasar cabai dan keju lokal yang dijamin meninggalkan kesan mendalam.
Ingin liburan yang lebih alami? Bhutan adalah negara negatif karbon—satu dari sedikit di dunia—berkat kebijakan ketat soal hutan dan emisi. Udara di sini bersih, dan langit nyaris selalu biru. Sebuah pelarian yang sangat literal dan spiritual sekaligus.
Baca juga: September Adalah Waktu yang Tepat Untuk ke Bhutan
Jadi, jika Anda masih ragu karena terpengaruh mitos-mitos tadi, kini saatnya berpikir ulang. Bhutan bukan hanya mungkin dikunjungi—tapi justru layak diperjuangkan.
Di era ketika liburan kerap berujung pada konten media sosial semata, Bhutan menawarkan sesuatu yang lebih mendalam, yakni perjalanan yang memulihkan, bukan sekadar menghibur. Negara ini bukan destinasi untuk turis pasif, melainkan panggilan untuk pelancong yang ingin melihat dunia dari perspektif berbeda—lebih lambat, lebih dalam, lebih jujur.—Yohanes Sandy
Jangan jadikan trip ke Bhutan sebuah mimpi belaka. Menggandeng COMO Hotels and Resorts dan Travellino Tour, kami akan menghadirkan paket perjalanan eksklusif ke Bhutan pada September 2025 mendatang. Lewat trip ini, Anda bisa menikmati sebuah perjalanan tanpa ribet di mana kami akan mengurus semua urusan logistiknya—termasuk pajak harian turisnya!
Hubungi kami di surat elektronik (e-mail) di sini atau via WhatsApp di sini untuk keterangan lebih lanjut. Mari, wujudkan mimpi Anda menjelajah Bhutan bersama kami.
Sebuah bursa pernikahan esklusif besutan The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place. 27-29 Jun 2025
Semarak perayaan kuliner Buleleng di Canggu. 13 Jun-31 Jul 2025