Restoran Syrco BASÈ di Ubud Kembali Dapat Pengakuan Dunia
Penghargaaan ini menambah panjang daftar prestasi globalnya.
“Waiting two hours. You okay?” ujar ibu-ibu paruh baya yang bertugas menjaga tiket antrean ketika saya tiba-tiba menongol di depan mejanya. Saya mendapatkan giliran nomor empat. Kala itu Selasa pukul 20. Saya sedang berada di depan warung Jeh O Chula bersama puluhan turis dan warga lokal lainnya yang mengantre untuk menikmati menu andalan kedai tersebut: mi instan dengan kuah tom yum dan topping hidangan laut melimpah.
Bersemayam di distrik Banthatthong di kawasan Pathum Wan, Bangkok, cerita tentang kedai Jeh O Chula membentang selama puluhan tahun. Namun sejatinya, popularitasnya baru terdengar awal 2015 setelah makanan ciptaannya viral di kanal media sosial. Sebelum menjual sajian mi berbahan mi instan merek Mama, Jeh O Chula terlebih dahulu menjual aneka makanan khas Tiongkok dengan pangsa pasar penduduk sekitar. Baru pada 2015, ia memutuskan untuk berinovasi menjual mi instan tom yum dengan topping melimpah untuk makan larut malam. Kala itu, ia hanya menjual menu spesial tersebut di atas pukul 22. (Sejarahnya sedikit mirip dengan kedai Roti Bakar Eddy di Jakarta).
Dari awalnya hanya dinikmati warga sekitar yang kelaparan menjelang tengah malam, kekuatan media sosial lalu mengatrol kepopuleran mi instan Jeh O Chula yang terdengar hingga ke pelosok Bangkok—bahkan Thailand. Semakin viral, semakin banyak yang penasaran dengan menu mi spesial tersebut. Karena pengunjung membludak, sang pemilik warung, Muay Sae-Chua atau Jae Oh, banting setir meninggalkan menu awal warungnya dan fokus kepada menu mi instan tom yum sebagai bintangnya.
Kepopuleran Jae O Chula semakin menjadi ketika pada 2019, warung ini termaktub di daftar Michelin Guide Bib Gourmand, sebuah daftar besutan para pakar Michelin Guide bagi tempat makan yang menyajikan menu enak namun harganya tak semahal restoran-restoran di daftar Michelin Guide. Tiap tahun, Jeh O Chula sukses mencetakkan namanya didaftar Michelin Guide Bib Gourmand Bangkok. Bukti berupa stiker-stiker bulat merah dapat Anda temukan di dekat pintu masuk restoran.
“Number four! Number five! Number six!” teriak bapak-bapak yang bertugas mengabsen pengunjung yang mengantre. Ketika saya ambil antrean tadi, beliau tengah mengabsen nomor antrean ke-86. Saya pikir, jika sampai di giliran keseratus, antrean akan balik ke nomor satu. Ternyata saya salah. Dalam satu batch, ada 150 nomor antrean yang dibagikan. Setelah kurang lebih dua jam saya terkantuk-kantuk menunggu, tiba giliran saya. Usai dipanggil, bapak berkepala botak tersebut kemudian menggiring saya bersama beberapa pengunjung lain ke dalam area kedai yang berpendingin udara. Kedai Jeh O Chula memiliki dua area makan, yakni di dalam dan di luar.
Ada enam tipe menu mi yang ditawarkan. Bahan utama dan rasanya sama, yang membedakan adalah lauk di atasnya. Porsi termurah hanya memakai bakso babi. Sementara porsi paling mahal ideal untuk mengisi perut 4-5 orang lengkap dengan lauk daging kepiting, cumi-cumi, udang gendut, perut babi goreng kering, dan bakso babi. Bagi yang tak menyantap daging babi, tersedia opsi hanya lauk hidangan laut. Saya pesan menu nomor dua. Lauknya udang dan cumi-cumi, minus daging babi.
Selain menjual menu spesial, Jeh O tetap mempertahankan sejumlah menu-menu lawasnya. Menurut situs web Michelin Guide, menu-menu lain yang wajib dipesan adalah tahu goreng dengan bawang goreng garing, nasi kuah dengan bebek, serta daging babi goreng garing. Saya pesan salmon sashimi dan ayam goreng sebagai pendamping mi. Mirip di kedai Roti Bakar Eddy, menu yang disajikan adalah mi instan, namun di Jeh O Chula, hidangan yang disajikan dalam mangkok aluminium tersebut telah dimodifikasi dengan menambahkan kuah tom yum asli. Rasanya merupakan campuran antara masam dan gurih khas sup Thailand tersebut. Rasa masamnya sedikit terlalu kuat untuk selera saya.
Menurut saya, yang menjadi bintang di kedai ini justru bukan menu mi tersebut, namun salmon sashimi ala Thailand. Rasanya sungguh lezat. Perpaduan antara daging ikan salmon segar dengan saus khas Thailand yang asam dan pedas berkelindan sempurna di dalam mulut. Sementara ayam gorengnya juga cukup memanjakan lidah.
Rasanya mengantre selama dua jam masih sepadan dengan nikmatnya sajian-sajian kreasi Jeh O. Buktinya, dua hari kemudian saya kembali mengantre dua jam demi menu mi dan salmon sashimi. Di kedatangan kedua, saya membuang potongan-potongan jeruk nipis di dalam menu mi untuk menghindari rasa masam yang berlebihan. Kali ini, cita rasa mi kuah tersebut tak begitu mengejutkan.
Tips: Untuk antrean yang lebih cepat, pengunjung dapat membeli tiket di Klook.com senilai Rp385.000 termasuk set menu. Namun sayangnya, pengunjung tidak dapat mengubah isi set menu tersebut.
113 Khwaeng Rong Muang, Khet Pathum Wan, Bangkok, 10330; buka dari pukul 16:30 hingga 01:00. Akses transportasi publik terdekat: BTS National Stadium dan MRT Hua Lamphong.
Sebuah festival film untuk mengkampanyekan gerakan anti polusi plastik. 6 Okt
Acara lari dan memberi di Jakarta. Raih kesempatan memenangkan hadiah senilai puluhan juta. 6 Okt