November Ini, Pameran Harry Potter Dibuka di Singapura
Ada dua ruang baru yang ditampilkan di pameran penyihir fiktif populer tersebut.
Menutup kalender seni 2025, ISA Art Gallery Jakarta kembali menegaskan posisinya sebagai salah satu ruang seni kontemporer paling relevan di ibu kota. Berlokasi di Wisma 46, Jakarta Pusat, galeri ini menghadirkan pameran tunggal terbaru dari seniman Indo-Australia Ida Lawrence bertajuk Hoarse Horse, yang berlangsung dari 29 November 2025 hingga 7 Februari 2026. Sebuah perayaan seni yang terasa ringan sekaligus reflektif untuk menyambut pergantian tahun.
Judul Hoarse Horse lahir dari pengalaman personal Lawrence saat mendampingi sebuah kamp anak-anak. Dari situ, ia tertarik pada cara bahasa bekerja ketika diulang terus-menerus: kata dapat kehilangan makna, bergeser, bahkan berubah total. Fenomena linguistik ini menjadi fondasi konseptual pameran, di mana kesalahpahaman, kekeliruan, dan “salah dengar” justru diperlakukan sebagai ruang bermain imajinasi yang subur.
Dalam pameran seni Jakarta ini, Lawrence menampilkan 13 karya lukisan yang tidak sekadar menggantung pasif di dinding. Karya-karya tersebut diposisikan seolah hidup di dalam ruang—digantung, bertengger, dan berinteraksi dengan arsitektur galeri. Lewat warna-warna cerah, tanda-tanda visual, dan pola improvisasional, Lawrence membangun kosakata visual yang penuh humor, anekdot, dan rasa ingin tahu. Setiap kanvas diperlakukan sebagai organisme yang bernapas, terus berevolusi, tapi tetap menyimpan jejak bentuk-bentuk sebelumnya.

Inspirasi Lawrence datang dari perjumpaan sehari-hari yang tak terduga: ukiran naga di pintu rumah desa dekat Berlin, patung elang yang tertangkap samar di balik jaring, hingga rambu jalan yang disalahartikan. Kesalahan ejaan—baik disengaja maupun tidak—menjadi pintu masuk eksplorasi visualnya, mencerminkan bagaimana makna bisa cair dan tak pernah sepenuhnya stabil.

Meski sarat gagasan, praktik Lawrence tetap berakar pada kenikmatan sensorik melukis. Tarikan kuas spontan, pertemuan warna yang berani, serta kemunculan “kesalahan” yang dibiarkan bersembunyi di dalam karya menjadi bagian esensial dari proses kreatif. Lukisan-lukisan ini terasa personal, seolah memiliki ritme dan karakter masing-masing.
Pengalaman Hoarse Horse diperluas lewat film augmented documentary karya Monika Proba, yang menggantikan esai kuratorial konvensional. Film ini menyorot insting kreatif Lawrence melalui potret intim, adegan imajinatif, dan momen-momen tak terduga di studio.
Pameran ini juga diperkaya dengan program publik berupa diskusi interaktif bersama sang seniman, serta respons sonik dari musisi dan komposer Khaled Kurbeh—menggabungkan bunyi lonceng sapi, peluit burung, rekaman lapangan, hingga tekstur elektro-akustik.—Monika Febriana
Salah satu produksi berskala besar yang paling ambisius di awal tahun. 30 Jan-15 Feb 2026