Mitos-Mitos Salah Kaprah Tentang Liburan ke Bhutan
Tidak mahal, tidak ribet, justru menyegarkan.
Foto utama: Rakkojae
Di tengah dominasi gedung pencakar langit dan modernisasi yang tiada henti, Seoul masih menyimpan sebuah ruang waktu yang menghubungkan masa kini dengan era Dinasti Joseon. Bersemayam di distrik Jongno, Bukchon Hanok Village Seoul menawarkan panorama berbeda dari wajah ibu kota Korea Selatan. Deretan hanok, rumah tradisional Korea, berdiri anggun di sepanjang gang sempit, menghadirkan suasana yang seolah memutar kembali jam sejarah.
Nama “Bukchon” berarti desa di utara, merujuk pada lokasinya yang berada di utara Sungai Cheonggyecheon dan Istana Jongmyo. Dahulu, kawasan ini dihuni oleh para bangsawan dan pejabat tinggi pemerintahan. Popularitas Bukchon makin menanjak setelah tampil di berbagai tayangan populer seperti 2 Days & 1 Night dan drama komedi romantis Personal Taste. Namun, jauh dari sekadar latar sinema, Bukchon adalah simbol bertahannya arsitektur tradisional Korea di tengah arus urbanisasi.
Desain Ramah Lingkungan
Hanok dibangun dengan filosofi hidup yang dekat dengan alam. Material yang digunakan—batu, kayu, tanah liat, dan kertas—ramah lingkungan sekaligus menyatu dengan iklim Korea. Salah satu fitur khasnya adalah ondol, sistem pemanas lantai tradisional yang menjaga kehangatan ruangan di musim dingin. Sebaliknya, ruang daecheong dengan lantai kayu terbuka menawarkan kesejukan alami saat musim panas.
Bentuk denah hanok bervariasi, dari segi empat hingga pola “L”, menyesuaikan kondisi geografis. Arsitektur ini bukan hanya soal estetika, tapi juga mencerminkan harmoni antara manusia, lingkungan, dan filosofi Konfusianisme.
Urbanisasi sempat mengancam keberadaan hanok. Namun berkat proyek revitalisasi pemerintah Seoul, kawasan seperti Bukchon tetap terjaga. Menurut Development Asia, tercatat ada lebih dari 1.100 hanok yang masih bertahan di ibu kota hingga 2024. Banyak di antaranya kini berfungsi sebagai rumah tamu, kafe, hingga destinasi kuliner—membawa warisan berabad-abad ke dalam narasi modern.
Menginap di Hanok, Menyelami Tradisi
Bagi wisatawan yang ingin lebih dari sekadar kunjungan singkat, ada berbagai pilihan akomodasi hanok di Seoul yang menawarkan pengalaman autentik.
Rakkojae Seoul Main Hanok (218 Gahoe-dong, Jongno-gu, Seoul; rkj.co.kr) menjadi salah satu ikon. Kompleks ini menaungi hanok berusia lebih dari satu abad dengan lima tipe akomodasi, mulai dari Gate House untuk tamu solo hingga Separate House berbentuk karakter “ㄷ” (digeut) untuk keluarga. Kamar favoritnya, Patio Room, memiliki tea room yang menghadap taman. Meski tradisional, fasilitas modern seperti mesin kopi, pendingin udara, hingga setelan sauna khas Korea (jjimjilbang) tetap tersedia.
Tak jauh dari National Museum of Modern and Contemporary Art Seoul dan Istana Gyeongbokgung, ada Gongsimga Hanok Guesthouse (46 Yulgok-ro, 1-gil, Jongno-gu, Seoul; stay.visitseoul.net) yang menghadirkan atmosfer hangat seperti rumah keluarga. Dengan empat kamar berfurnitur tradisional dan halaman kecil berpagar bambu yang rindang, penginapan ini menawarkan kesederhanaan sekaligus kenyamanan. Gentong tanah liat untuk menyimpan kimchi memperkaya nuansa orisinalnya.
Untuk pelancong muda, Viva La Vida (110-15 Yulgok-ro, Jongno-gu, Seoul; instagram.com/vivalavida11015) menghadirkan pendekatan berbeda. Hanok privat ini berjarak sekitar 10 menit dari Insa-dong Culture Street, pusat seni dan kafe fotogenik. Interiornya memadukan sentuhan industrial, biophilic, dan elemen tradisional Korea. Dengan kapasitas empat orang, fasilitasnya mencakup dapur lengkap, mesin cuci, televisi, hingga penyejuk udara—menawarkan kenyamanan modern tanpa kehilangan jejak budaya.—Rachman Karim
Salah satu bursa seni terbesar di Indonesia yang tak boleh dilewatkan. 3-5 Okt 2025
Kolaborasi kuliner terkenal di tepi Pantai Canggu. 14 Ags-30 Sep 2025