Gubernur Bali Tetapkan Hari Arak Bali

Foto utama: Arak Bali produksi Arak Samsara, salah satu produsen arak modern di Bali.

Gubernur Bali, Wayan Koster, menetapkan 29 Januari sebagai Hari Arak Bali. Langkah ini didukung dengan Surat Keputusan Gubernur Bali Nomor 929/03-I/HK/2022. Ini merupakan pertama kalinya di Indonesia, sebuah wilayah mendedikasikan sebuah hari untuk merayakan minuman beralkohol tradisional.

Arak Bali merupakan minuman beralkohol hasil fermentasi khas Pulau Dewata yang terbuat dari bahan dasar aren, kelapa, atau beras. Tampilannya bening, namun kandungan alkoholnya mencapai 40 hingga 50 persen—jauh lebih tinggi dibandingkan tuak. Namun, arak Bali tak hanya berfungsi sebagai minuman yang memabukkan, tapi juga sebagai obat-obatan. Sejak dulu, dipadu dengan bahan-bahan lain, arak Bali dikenal dapat mengobati flu, batuk, sariawan, hingga meningkatkan vitalitas. Kini, arak Bali tak hanya diproduksi dan dipasarka secara tradisional, namun juga telah dikemas secara modern dengan mengutamakan proses produksi yang lebih aman dan higienis.

“Dalam upaya dan strategi memperkokoh perlindungan dan pemberdayaan arak Bali, ditetapkan Hari Arak Bali dengan tujuan mengenang Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi dan/atau Destilasi Khas Bali,” ujarnya seperti dikutip dari Antara. Koster berharap dengan adanya Hari Arak Bali bisa menjadi momen kesadaran kolektif bagi masyarakat terhadap keberadaan minuman fermentasi tradisional tersebut.

Sebelumnya, Arak Bali pernah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Bahkan, pada perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) 2022 lalu, minuman khas Bali ini menjadi salah satu suvenir.•