Kembalinya Sang Wellness Ambassador ke The Westin Resort Nusa Dua, Bali
Kehadirannya menunjukkan komitmen serius resor ini akan kebugaran tamu.
“Jadi memang yang menginspirasi [untuk beralih profesi]: saya ingin bisa hidup tenang. Yang bukan cuma tenang di mulut, tapi tenang di hati, pikiran, dan jiwa,” tutur Deece Dewayani.
Hiruk-pikuk kehidupan perkotaan seringkali membuat seseorang terbiasa dengan segala sesuatu yang serba-cepat. Namun, yang sering kita lupakan adalah pentingnya menyisihkan waktu sejenak bagi diri sendiri, guna menemukan kembali keseimbangan dan mengurangi stres. Berangkat dari kebutuhan tersebut, Deece Dewayani memulai petualangan mencari ketenangan hidup melalui yoga.
Deece Dewayani, atau yang akrab disapa Deece, adalah seorang praktisi somatic yoga dan sound healing. Setelah 20 tahun berkarier di dunia korporat, Deece memutuskan untuk pensiun dini dan mencari ketenangan batin lewat yoga. Keputusan ini merupakan langkah untuk mengejar keseimbangan dan kedamaian pribadi yang selama ini dicari.
Berawal dari hanya ikut-ikutan menjajal yoga pada 2016, Deece malah merasakan manfaat dari olahraga tersebut. Dalam perjalanannya, dia mengeksplorasi berbagai jenis yoga, mulai dari yin yoga, hingga akhirnya menemukan somatic yoga yang cocok dengan dirinya. Kami mewawancarainya.
Apa yang menginspirasi Anda untuk mendalami yoga dan meditasi?
Dulu saya sangat sibuk. Selain kesibukan kerja, pikiran saya juga kerap penuh dan sulit untuk bersantai serta beristirahat. Rasanya seperti dikejar waktu. Hal ini membuat saya terus mencari tujuan hidup. Suatu ketika, saya mencoba olahraga menyelam. Saat melakoninya. saya hanya mendengar suara air dan merasa lebih tenang dengan pernapasan yang lebih teratur. Dari pengalaman itu, saya menjadi damai dan terus mencari ketenangan lain melalui yoga.
Bisa ceritakan pengalaman Anda mendalami Sound Healing Therapy?
Setelah meninggalkan pekerjaan perkantoran, saya memutuskan untuk berlibur ke Bali. Di sana, saya mendapatkan kesempatan untuk mencoba sesi sound healing dari tiket yang diberikan teman saya. Karena penasaran dan ingin mencoba hal-hal baru, saya mengikuti sesi tersebut tanpa tahu apa itu sound healing. Usai kelas selama satu jam, saya merasakan tubuh dan pikiran saya benar-benar rileks dan lebih fokus. Ternyata, pengalaman tersebut memberikan rasa istirahat dan relaksasi yang sangat mendalam.
Apakah tantangan terbesar Anda selama mendalami dunia yoga dan meditasi terutama Sound Healing Therapy?
Tantangan terbesar sebenarnya datang dari diri sendiri. Rasa takut dan ragu sering kali jadi halangan utama. Memasuki dunia baru ini memang menghadirkan perasaan asing bagi saya. Bukan soal takut untuk beralih profesi, tetapi lebih pada bagaimana saya bisa mengatasi rasa takut yang muncul dari dalam diri sendiri.
Apa alasan-alasan agar kita lebih termotivasi untuk melakukan sesi yoga dan meditasi secara rutin?
Menurut saya, hal yang paling utama adalah mengenali diri sendiri. Untuk menemukan motivasi dalam yoga, kita harus jujur pada diri sendiri. Apa yang sebenarnya ingin kita capai? Apakah kita ingin melakukan yoga hanya karena mengikuti tren? Ada orang yang benar-benar ingin melakukan yoga karena tubuh mereka membutuhkannya. Namun, jika motivasinya hanya untuk rutinitas tanpa melibatkan hati, maka hasilnya akan berbeda.
Ada tips untuk gerakan-gerakan yoga simpel yang bisa dilakukan sendiri saat traveling (baik bisnis maupun pelesir)?
Saat traveling, misalnya, kita bisa menyederhanakan segalanya. Yoga tidak selalu harus melibatkan gerakan yang sulit atau kompleks. Ada banyak tipe yoga, dan yang terpenting adalah kita bisa melakukan gerakan sederhana seperti soft stretching. Misalnya, memutar leher atau menggerakkan sendi-sendi lainnya—itu juga sudah termasuk yoga.
Adakah tips dari Anda untuk lebih mindful?
Menyadari dan jujur pada diri sendiri adalah langkah pertama yang penting. Selanjutnya, kita perlu menyadari setiap tindakan yang kita lakukan. Seringkali, kita terjebak dalam rutinitas sehari-hari, menjalani aktivitas dengan pola yang sama hingga kita beroperasi secara autopilot. Misalnya, setiap pagi kita secara otomatis bangun, sarapan, dan menjalani hari sesuai ritme yang sudah terbentuk. Namun, jika kita hanya mengikuti ritme tersebut, hidup kita bisa terasa seperti robot. Padahal, kita bukan robot. Kita perlu belajar untuk lebih mindful, benar-benar hadir dan menyadari setiap momen yang kita jalani.—Monika Febriana
Sebuah festival film untuk mengkampanyekan gerakan anti polusi plastik. 6 Okt
Acara lari dan memberi di Jakarta. Raih kesempatan memenangkan hadiah senilai puluhan juta. 6 Okt